Rebutan Kue Kekuasaan. Itulah yang terbayang bila kita menyimak berita di media masa. Kekuasaan lebih dipandang sebagai Kue yang tentu saja enak untuk dinikmati. Kekuasaan tidak dipandang sebagai beban yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Makan kue, siapa yang tidak bisa? Dari Balita sampai nenek - nenek ompong pun bisa. Atau paling tidak, merasa bisa. Empat puluh tujuh milyar lebih uang negara dibelanjakan untuk membeli pernak - pernik pesta demokrasi. Pesta telah usai, remah - remah kue kekuasaan berserakan dilantai. Semut - semut elit politik sibuk bersiap diri saling berebut. Saling bahu - membahu di satu waktu, saling sikut diwaktu yang lain semua dikemas dalam bingkai koalisi. Koalisi yang dibentukpun tidak ada hubungannya dengan platform dan ideolagi partai. Arah koalisi sulit ditebak, bukan karena lihainya para badut - badutnya, tapi lebih disebabkan karena koalisi atas dasar swahwat kekuasaan semata.
Harapan rakyat pesta demokrasi ini dapat membawa perubahan bagi bangsa. Harapan yang tidak sia - sia, pasca Pemilu banyak sekali perubahan. Coba lihat saja perubahan yang terjadi: banyak Caleg yang tadinya sehat wal afiat berubah menjadi gila karena tidak terpilih, masyarakat yang tadinya rukun berubah menjadi saling serang saling maki, berita bencana alam bencana sosial tiba tiba menghilang berubah dipenuhi menjadi berita politik, elit politik yang tadinya agak malu - malu berubah menjadi tidak tahu malu intensif berkoalisi.
Jadi apa yang kita nikmati dari pesta demokrasi....???
Selasa, 12 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar